JEPARA|AGARANEWS.COM Pada tahun 1964, tercatat di Museum RA Kartini di Jepara, ditemukan emas, berupa perhiasan di dalam sebuah guci atau seperti guci namun mirip kendi karena ada moncong untuk menuang air. Perhiasan emas tersebut ada berbagai bentuk antara lain giwang, gelang, cincin, sabuk dan lain-lain. Semua perhiasan tersebut berupa emas kuning dan putih.
Penemu emas tersebut adalah seorang petani yang bernama Rabinah (almarhum) yang tinggal di Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Jepara. Tepatnya di lereng perbukitan Celering, yang oleh warga Desa Tulakan menyebut dengan nama Gunung Genuk. Saat itu emas ditemukan di area persawahan milik Rabinah, diperkirakan berat total emas tersebut sekitar 24 kg, Hal ini seperti diceritakan Sugeng (60 tahun) yang merupakan anak ke lima dari Rabinah.
Emas temuan tersebut diperkirakan peninggalan dar Ratu Shima (648-674M). Sekitar tahun 1979 emas temuan tersebut pernah di pamerkan di Jepara. Rabinah mendapatkan uang Rp 3.500 dari hasil penjualan karcis masuk untuk melihat emas tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pada saat itu bapak hanya mendapatkan uang Rp 3.500, dari penjualan kacis masuk,” cerita Sugeng, Kamis (10/03/2022) lalu.
Dari hasil penelurusan Semarangsekarang.com ke Desa Tulakan untuk bertemu anak-anak Rabinah, pada saat itu hanya bisa wawancara dengan Sugeng sementara kakak tertuanya Widji dalam kondisi terbaring sakit, sedang adiknya Sriyono terkena tumor di leher sehingga suliit untuk berkomunikasi.
Kondisi rumah Sriyono masih berlantai plester semen dan tidak bisa bekerja karena sakit. Apalagi rumah adik bapak Rabinah yang berdinding anyaman bambu (gedhek). Sungguh ironis, padahal keluarganya pernah menemukan emas bersejarah dengan berat sekitar 24 kg.
Diteliti di Jakarta
Di sisi lain, menurut Sekdin Pariwisata Amin Ayahudi SPd MH, menerangkan bahwa, emas 24 kg itu memang pernah ditemukan di Jepara dan juga pernah dipamerkan. ‘ Emas-emas itu memang pernah ada di Jepara dan pernah di pamerkan. Kebanyakan berupa perhiasan yang berupa emas putih dan kuning dan ada satu yang berupa cincin yang atasnya mirip setempel. Setelah dipamerkan di Jepara, emas-emas tersebut dibawa ke Jakarta untuk diteliti. Akan tetapi sekarang keberadaannya tidak diketahui dimana?,” jelasnya.
Menurut Amien lagi, Bupati Jepara pada tahun 1990-an membentuk tim untuk menelusuri ke Jakarta, tetapi tidak menemukannya. Dengan alasan berbagai kendala. “Pernah dibentuk tim oleh bupati saat itu, sekitar tahun 90-an, untuk menelusuri keberadaan emas tersebut. Tetapi tidak ketemu keberaadaanya,” jelasnya, melalui sambungan seluler.
Pada saat yang sama, Kasi Sejarah Dinas Pariwisata yang juga Kepala Musium RA Kartini, Lia Supardianik S. Sos, menyesalkan, kalau emas-emas yang diperkirakan peninggalan Ratu Shima itu sampai hilang. Dia berharap warisan sejarah Jepara itu bisa kembali ke Jepara.
“Kita menyesal dengan hilangnya atau tidak diketahui keberadaan warisan sejarah yang begittu berharga dari Jepara itu. Hal ini, menjadi pembelajaran yang sangat penting buat Jepara untuk tidak menyerahkan benda-benda temuan sejarah kepada pihak lain. Saya pribadi berharap emas itu bisa ketemu dan kembali ke Jepara,” kata Lia. Jumat (11/03/2022) lalu.
Sementara, pada Minggu (13/03/2022) awak media Semarangsekarang.com mencoba menemui Drs Sarno Soepodo yang menurut informasi bahwa dia adalah salah seorang anggota tim pencari warisan Ratu Shima yang di kirim ke Jakarta. Namun ternyata dari Sarno juga sulit untuk mencari informasi yang valid, karena Sarno sudah sering lupa.
“Bapak sudah susah untuk meceritakan sesuatu akhir-akhir ini. Karena ceritanya hanya itu diulang-ulang,” jelas istri Sarno
Red: Hand