Trenggalek, AgaraNews.com //Upaya membangun masyarakat tangguh terhadap ancaman bencana terus diperkuat melalui sinergi TNI, Polri, dan BPBD Kabupaten Trenggalek. Kodim 0806/Trenggalek bersama Polres Trenggalek dan BPBD menggelar Sosialisasi dan Fasilitasi Pembentukan Desa Tangguh Bencana di kawasan Pujasera Desa Sambirejo, Kecamatan Trenggalek, Selasa (14/10/2025). Kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam meningkatkan kesiapsiagaan warga menghadapi potensi bencana alam di tingkat desa.
Kegiatan dipimpin langsung oleh Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Trenggalek, Drs. Stefanus Triadi Atmono, M.Si., yang menegaskan bahwa Desa Tangguh Bencana merupakan kunci utama dalam mempercepat penanganan darurat bencana. “Ini bukan sebatas program, melainkan kesiapan komunitas untuk memahami risiko, bertindak cepat, dan melindungi diri serta lingkungannya,” ujar Stefanus.Stefanus turut mengingatkan bahwa Trenggalek termasuk wilayah dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi, mulai dari banjir, tanah longsor hingga kekeringan musiman. Oleh sebab itu, peran aktif warga menjadi sangat vital. “Tanpa kesiapan masyarakat, semua upaya bantuan akan datang terlambat,” tambahnya.
Dukungan penuh juga datang dari jajaran Kodim 0806/Trenggalek. Melalui Pasi Pers Kodim 0806, disampaikan bahwa sosialisasi ini bertujuan membentuk kader tanggap bencana di setiap desa binaan TNI. “Dengan edukasi yang baik, masyarakat bisa membaca tanda alam, mengenali ancaman, dan melakukan langkah penyelamatan sejak dini,” jelasnya.
Sinergi Babinsa yang tergabung dalam Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD menjadi ujung tombak penguatan desa. Mereka tidak hanya bertugas menjaga keamanan wilayah, tetapi juga menjadi motor penggerak edukasi kebencanaan, mulai dari simulasi evakuasi hingga penyusunan jalur aman.
Di sisi lain, Bhabinkamtibmas Polres Trenggalek berperan memperkuat komunikasi publik agar masyarakat tetap tenang dan tidak termakan informasi hoaks saat terjadi bencana. Pendekatan humanis Polri menjadi bagian penting dalam menjaga stabilitas sosial di tengah situasi darurat.Forum diskusi yang digelar dalam kegiatan ini menghasilkan sejumlah rumusan strategis, mulai dari deteksi dini, identifikasi titik rawan hingga mekanisme koordinasi antarinstansi. Ketiga pilar, TNI, Polri, dan BPBD sepakat bahwa kecepatan respons hanya dapat dicapai melalui kolaborasi terpadu.
Sebagai tindak lanjut, dibentuk core team relawan Desa Tangguh di Sambirejo. Tim ini akan mendapat pelatihan lanjutan dari BPBD terkait manajemen posko, pertolongan pertama, hingga distribusi logistik. Langkah tersebut menjadi fondasi pembentukan desa dengan sistem pertahanan bencana yang mandiri.
Suasana edukatif tercipta di area Pujasera, tempat berlangsungnya kegiatan. Pameran peta risiko, poster mitigasi, hingga perlengkapan tanggap darurat memberikan gambaran langsung kepada warga mengenai pentingnya kesiapan peralatan dan pengetahuan dasar saat bencana datang.
Menutup kegiatan, Stefanus Triadi menyampaikan pesan kuat bahwa kesiapsiagaan adalah bentuk keberanian sesungguhnya. “Bencana mungkin tak dapat dicegah, tetapi kesiapan bisa menyelamatkan nyawa. Di situlah makna sesungguhnya dari Desa Tangguh,” tandasnya.(Lia Hambali)