BLORA – AGARANEWS.COM Kejadian adu mulut dan cekcok antara pihak KPH Randublatung dan Kelompok tani hutan ( KTH) Mulyo Harjo Silayang berujung memanas .
Menurut Surati salah satu anggota KTH Mulyoharjo Silayang saat di klarifikasi oleh tim gabungan Media dan lembaga mengatakan ” kericuhan dan adu mulut antara Waka Rasti ( KPH Randu blatung Blora) dan KTH Mulyoharjo Silayang berawal dari adanya tekanan tekanan yang di berikan kepada para petani hutan .
Membuat para petani hutan merasa terdolimi dengan hal ini .
Kami selalu di datangi oknum petugas KPH Randu blatung dilokasi petak lahan yang sedang kami garap seolah kita kita Rakyat kecil ini seperti hidup dalam masa kolonial Belanda” tuturnya pada awak media .
Dia juga menambahkan KTH ( kelompok tani hutan) Mulyo Raharjo Silayang berdasarkan hasil musyawarah para petani hutan ,kami ingin membuat gubuk untuk tempat parkir sepeda motor serta untuk diskusi para petani, sekalian multi fungsi untuk penyimpanan pupuk dan tempat hasil panen yang dibuat dari kayu sol untuk kepentingan petani hutan bersama di kawasan lahan tersebut .
Tetapi tiba tiba dari pihak KPH Randublatung beserta tim nya yang terdiri dari 1.Waka Rasti
2.mantri Soko bersama para waker ya
3.mantri Ndang Cici beserta waker ya
4.mantri jati somo
Kurang lebih ada 25 orang
Adapun lokasi yang kami dirikan gubug yaitu di gendeng Pakuan KTH Mulyoharjo Silayang.
Pada saat kami para petani mendirikan gubug tempat parkir ( gubug serbaguna ) tiba tiba oknum oknum perhutani tersebut langsung ngamuk ngamuk kepada para petani bahkan menghina petani ” ape entuk pupuk ko Endi Kowe, ijin mu ndi ” seperti itu yang di ucapkan oknum Waka Rasti kepada petani .
Bahkan menurut kami Waka Rasti tidak mengakui sama sekali SK dari presiden . Seolah olah dengan arogannya bergaya VOC menekan dan mengancam warga . Tutur Surati.
Salah satu anggota semut Ireng yang juga anggota KTH juga menuturkan “Rencana itu dilarang oleh perhutani yang tidak memiliki wilayah .
malah mereka( anggota perhutani) yang dipimpin seorang Waka bernama Rasti mengajak kerjasama dan memerintahkan SKPS KK tetapi ajakan itu kami tolak karena tidak sesuai anjuran semut ireng .
Waka bernama Rasti mengaku kawasan KTH itu adalah tanah mereka para anggota perhutani dengan menyebut tanah kita juga bilang kalau memang KTH mulya Raharjo silayang ini resmi dan disetujui oleh pemerintah apakah dapat pupuk dari pemerintah suaranya dengan nada mengejek para petani akhirnya kami menjawab dapat pupuk atau belum dapat pupuk subsidi dari pemerintah itu tidak menjadi tolak ukur KTH kami resmi atau tidaknya.
kami anggota KTH Mulyorejo silayang tidak senang atas sikap waka Rasti dan para anggotanya tersebut yang terlalu berwarna-warna dan mengejek KTH kami yang benar-benar mendapatkan SK langsung dari pemerintah.” Tuturnya sambil melampiaskan kekecewaan yang berarat pada oknum oknum tersebut .
Dari keterangan warga diatas apakah pantas seorang abdi negara juga abdi masyarakat dalam bersikap arogan . Sedangkan presiden kita pak Prabowo saja sangat menghormati rakyat kecil .
Kami memohon kepada bapak presiden ,kementrian kehutanan, gubernur jateng , bapak bupati kami Blora agar bisa membantu kami perjuangkan jerit perih rakyat kelompok petani hutan yang menggarap lahan demi sesuap nasi untuk mencukupi keluarga . Tetapi kami selalu dihantui oknum oknum yang tidak bertanggung jawab yang menggunakan institusi untuk menekan rakyat kecil.
Kami juga berhak untuk hidup sejahtera . Dan bisa makan seperti rakyat lainnya.” Tambahnya
Dari lembaga semut Ireng mengutuk keras atas perbuatan arogan yang dilakukan oknum KPH Randublatung beserta jajaran nya .
Dan memohon kepada presiden RI ,menteri kehutanan ( DLHK)
gubernur jateng,bupati Blora untuk segera menindak lanjuti permasalahan tersebut .agar tidak ada penjajahan atas bangsa sendiri .
Reporter : Mashuri, Noer
Sumber. : liputan khusus
Editor. : TE Jateng