Tanah Karo, AgaraNews. Com //
Tanah Karo berada di dataran tinggi Sumatera Utara, terkenal dengan keindahan panorama alam yang indah dan kesejukan udara yang bisa menyehatkan paru-paru siapapun yang berkunjung ke Bumi Turang ini khususnya Kota Berastagi yang dulu disebut Daerah Tujuan Wisata Pertama di Sumatera Utara.
Namun sangat disayangkan beberapa tahun belakangan ini, Wisata di Tanah Karo sangat jauh tertinggal dari Kabupaten lain, contoh terdekat Kabupaten Samosir, wisata di Pulau Samosir maju pesat, sekarang justru Samosir menjadi Daerah Tujuan Wisata Utama di Sumatera Utara, para wisatawan berduyun-duyun mengantar uang masuk ke Pulau kecil ini.
Mengapa Wisata Tanah Karo ditinggalkan wisatawan,..? Pertama karena tidak ada pembenahan dan inovasi baru yang dibuat dan dirancang oleh pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Karo. Beberapa contoh seperti Open Stage/Taman Mejuah-juah yang ada di seputaran Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Karo, disini terlihat kumuh, rumah-rumah pohon dibiarkan hancur begitu saja tanpa ada renovasi, walaupun Tanah Karo dikenal subur tapi disini terasa gersang karena kurang penataan.
Bukit Gundaling sekarang juga hanya tinggal cerita masa lalu, bagaimana tidak ketika kita berkunjung kita hanya menemui semak belukar, belum lagi kotoran kuda yang berceceran disepanjang jalan yang rusak penuh lobang, betul-betul miris.
Pemandian Air Panas di Desa Raja Berneh/Doulu, pengunjung akan disulitkan dengan banyaknya kutipan – kutipan liar disepanjang jalan masuk, hingga membuat wisatawan tidak nyaman untuk menikmati mandi di air belerang tersebut. Siosar yang terkenal dengan Puncak 2000, sempat Booming, tapi setahun belakangan tidak lagi dikunjungi wisatawan akibat mahalnya harga tiket dan makanan ditambah lagi banyaknya pungutan liar terhadap pengunjung, akhirnya sekarang Siosar pun ditinggal dan kini nasibnya kembali menjadi hutan belantara.
Demikian juga dengan Wisata Danau Toba /Tongging dan Danau Lau Kawar, sami mawon, penataan dan perawatan tidak ada sementara pengunjung yang datang, kembali harus berhadapan dengan para preman yang sering melakukan ” PUNGLI”.
Dari beberapa kasus diatas seharusnya Dinas Pariwisata Kabupaten Karo bisa belajar dan tahu apa yang harus diperbuat. Namun sepertinya Dinas terkait cuek bebek dengan kenyataan ini, padahal PAD terbesar Tanah Karo itu dari Pariwisata. Dan akhirnya Kota Berastagi yang dulu terkenal hingga ke Mancanegara kini pelan namun pasti telah dilupakan dan ditinggalkan para wisatawan. Ini hanya catatan kecil penulis ketika menelusuri wisata Tanah Karo pada Sabtu 29/12/2024.( Lia Hambali)