Kegugupan Happy Salma Saat Monolog di Bumi Kelahiran Pramoedya

REDAKSI JAWA TENGAH

- Redaksi

Minggu, 9 Februari 2025 - 19:37 WIB

5052 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BLORA – AGARANEWS.COM  Siapa sangka Happy Salma, seorang pemeran, penyanyi, produser harus gugup saat Monolog Nyai Ontosoroh di rangkaian Seabad Pramoedya Ananta Toer di pendapa rumah dinas Bupati Blora, Jumat (8/2/25) malam.

Bukan padatnya kursi pendapa oleh penikmat dari berbagai kalangan ( juga dari kalangan keluarga Pram), termasuk Bupati Blora, Dr H. Arief Rohman dan istri. Happy salma mengaku memerankan Nyai Ontosoroh agak gugup lantaran manggung di Blora, bumi kelahiran Pram.

Pementasan monolog Nyai Ontosoroh cukup sukses digelar. Monolog yang diadaptasi dari novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer ini Disutradarai oleh Wawan Sofwan, membuat penonton yang memenuhi pendapa rumah dinas Bupati, hening dan tak mau beranjak dari kursi maupun tempat berdiri.

Happy Salma yang pernah menerima penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha 2023 dari Institut Seni Indonesia Denpasar untuk kategori Seniman dan Maesenas Seni itu, mengaku sempat gugup saat memerankan Nyai Ontosoroh pada peringatan seabad pram kali ini.

“Biar bagaimanapun ini pertama kali saya mementaskan di Blora, tempat kelahiran Pramoedya yang menciptakan tokoh Nyai Ontosoroh ini. Saya cukup gugup tapi saya sangat senang sekali,” ujar perempuan kelahiran 4 Januari 1980 itu.

Ia menuturkan, butuh waktu kurang lebih sebulan untuk kembali mendalami karakter Nyai Ontosoroh, setelah terakhir kali memainkannya sekitar delapan tahun lalu.

Meski mengaku gugup, aktris kawakan Happy Salma hadir memerankan Nyai Ontosoroh dengan penuh penghayatan. Hanya ditemani dua kursi kayu, meja sederhana dengan koper tua di atasnya, serta alunan musik lirih yang mengiringi tiap ucapannya, dia begitu apik happy menuturkan kembali kisah seorang perempuan pribumi yang menolak tunduk pada tirani kolonial.

Di akhir acara, Happy Salma menutup monolog dengan kalimat yang menggema di seluruh pendopo : “Namun kami tidak kalah, sebab kami telah melawan dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya.”

Dan, riuh tepuk tangan turut meramaikan pendopo dari para hadirin termasuk sastrawan, seniman, mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat umum.

Kisah Sanikem

Diceritakan dalam monolog kisah hidup Nyai Ontosoroh, yang diperankan oleh Happy Salma, adalah kisah hidup seorang wanita pribumi bernama asli Sanikem yang “dijual” oleh ayahnya sendiri kepada seorang Belanda demi sebuah jabatan.

Dengan sebuah koper tua yang dibawa, saat itu Sanikem masih berusia 14 Tahun dan diberangkatkan dari rumahnya untuk menjadi Nyai seorang Belanda bernama Herman Mellema.

Setahun bersama Herman, Sanikem yang dulu, mulai sadar akan posisinya saat ini telah sepenuhnya menjadi Nyai (istri simpanan) seorang tuan Belanda. Semakin lama, nama Sanikem pun hilang untuk selama-lamanya.

Dari seorang gadis yang tidak tau apa-apa, tuannya mulai mengajari Nyai untuk membaca majalah De Nederlansch yang tiap minggu datang di rumah nya. Lebih dari itu, Herman bahkan mengajari Nyai untuk mengelola sebuah perusahaan.

Setahun berlalu, perusahaan yang dikelolanya berkembang semakin pesat, bahkan salah satunya ada yang menjadi atas namanya. Dari perusahaan itulah nama “Nyai Ontosoroh” Menjadi sebutan namanya.

Setelah menjalani hidup bersama Herman, lahir anak pertama mereka bernama Robert Mellema, dan Annelies Mellema 4 tahun berikutnya.

Namun kemudian, Ontosoroh menyadari bahwa ia harus mengubur impiannya menjadi seorang Mevrouw (wanita yang menikah secara resmi) setelah ajuan pengakuan sah kedua anaknya ditolak oleh pengadilan. Karena Ontosoroh merupakan seorang pribumi yang tidak diakui oleh pemerintah kolonial.

Beberapa waktu berlalu, datang seorang Belanda bernama Ir. Maurits Mellema yang ternyata merupakan anak sah dari Herman Mellema dan istrinya di Belanda bernama Amelia Mellema Hammers.

Kedatangannya dimaksudkan untuk meminta pertanggungjawaban Herman atas perliakunya yang pergi meninggalkan istri sah nya demi seorang gundik selama bertahun-tahun.

Semenjak hari itu, Herman mulai meninggalkan rumah, diikuti oleh anak sulungnya Robert. Hingga akhirnya dikabarkan bahwa Herman telah meninggal di sebuah rumah plesiran milik Baba Ah Cong.

Hidupnya semakin sulit ketika Nyai Ontosoroh harus menghadapi pengadilan akibat tuduhan terhadap putri bungsunya, Annelies, yang dikabarkan menjalin hubungan terlarang dengan seorang pemuda, Minke (tokoh utama dalam Bumi Manusia).

Dengan penuh keteguhan, Nyai Ontosoroh berjuang melawan ketidakadilan kolonial dan perlakuan diskriminatif terhadap pribumi. Namun, perjuangannya tak mendapat pengakuan dari pemerintahan kolonial.

Akhirnya, Nyai Ontosoroh menikahkan putrinya, Annelies, dengan Minke setelah Minke menyelesaikan pendidikannya. Namun, enam bulan kemudian, Nyai Ontosoroh kembali dipanggil ke pengadilan setelah menerima gugatan dari Ir. Maurits Mellema, yang menuntut pengakuan atas seluruh harta warisan Herman Mellema, termasuk hak asuh Annelies.

Keputusan pengadilan menetapkan bahwa Annelies harus dipindahkan ke Belanda/Nederland.

Tak gentar, Nyai Ontosoroh terus memperjuangkan haknya, berusaha mendapatkan pengakuan yang layak. Namun, pembelaannya bahwa Annelies adalah istri sah Minke ditolak oleh pengadilan, dengan alasan Annelies masih di bawah umur sehingga pernikahannya dianggap tidak sah.

Bahkan, Nyai Ontosoroh menghadapi tuduhan yang lebih berat dituduh bersekongkol dalam tindakan pemerkosaan.

Setelah pengadilan itu, Annelies jatuh sakit dan terpaksa harus memenuhi ketentuan pengadilan untuk berpindah ke tempat leluhur nya di nederland. Dengan membawa koper yang sama seperti digunakan Nyai Ontosoroh belasan tahun silam, Annelies pergi meninggalkan Nyai Ontosoroh dan Minke.

Reporter : hartix , mashuri

Sumber.  : liputan

Editor.     : TE Jateng

Berita Terkait

Danramil 0201-16/Tanjung Morawa Jalin Silaturahmi dengan PT Trancontinen dalam Komsos
Babinsa Koramil 0201-04/MK Serda Gunawan Komsos PETUGAS PU Kota Medan
Babinsa Koramil 0201-02/MT Laksanakan Pengecatan Kantor dalam Rangka Pemeliharaan Pangkalan
Komsos Dengan Warga, Babinsa Koramil juga Rutin Pantau Wilayah Binaan
Jalin keakraban dan silahturahmi Babinsa 0201 – 04 / MK Komsos di Wilayah Binaan
Respon Cepat Bupati Salim Fakhry Tindaklanjuti Keluhan Warga Di RSUD Kutacane
BPK RI Perwakilan Sumut Kunker dan Supervisi ke Pemkab Toba
Peletakan Batu Pertama Pembangunan Tugu Selamat Datang Perbatasan Simalingkar B

Berita Terkait

Rabu, 12 Maret 2025 - 18:38 WIB

Danramil 0201-16/Tanjung Morawa Jalin Silaturahmi dengan PT Trancontinen dalam Komsos

Rabu, 12 Maret 2025 - 18:37 WIB

Babinsa Koramil 0201-04/MK Serda Gunawan Komsos PETUGAS PU Kota Medan

Rabu, 12 Maret 2025 - 18:34 WIB

Babinsa Koramil 0201-02/MT Laksanakan Pengecatan Kantor dalam Rangka Pemeliharaan Pangkalan

Rabu, 12 Maret 2025 - 18:33 WIB

Komsos Dengan Warga, Babinsa Koramil juga Rutin Pantau Wilayah Binaan

Rabu, 12 Maret 2025 - 18:30 WIB

Jalin keakraban dan silahturahmi Babinsa 0201 – 04 / MK Komsos di Wilayah Binaan

Rabu, 12 Maret 2025 - 17:10 WIB

BPK RI Perwakilan Sumut Kunker dan Supervisi ke Pemkab Toba

Rabu, 12 Maret 2025 - 17:07 WIB

Peletakan Batu Pertama Pembangunan Tugu Selamat Datang Perbatasan Simalingkar B

Rabu, 12 Maret 2025 - 17:04 WIB

Warga Simalingkar B: ‘Kantor Lurah Simalingkar B Butuh Bantuan Perhatian Dari Pemko Medan

Berita Terbaru