Banda Aceh, 23 Mei 2025 – Isak haru, pelukan erat, dan doa penuh keikhlasan mengiringi keberangkatan jemaah haji kelompok terbang (kloter) 6 asal Kabupaten Aceh Tenggara. Suasana penuh emosi menyelimuti halaman Asrama Haji Banda Aceh saat para jemaah, satu per satu, berpamitan dengan keluarga tercinta, meninggalkan tanah kelahiran untuk menunaikan ibadah suci di Mekkah. Tangis bahagia bercampur rasa haru mewarnai setiap sudut tempat pelepasan, mencerminkan betapa berharganya momen ini bagi umat Islam yang selama bertahun-tahun menanti giliran untuk memenuhi panggilan Allah.
Prosesi pelepasan jemaah kali ini tidak hanya menjadi seremoni administratif semata, melainkan juga menjadi peristiwa spiritual yang mendalam. Dipenuhi oleh aura religius dan semangat kekeluargaan, acara tersebut menghadirkan para pejabat dari Kementerian Agama Provinsi Aceh yang memberikan wejangan dan arahan terakhir sebelum keberangkatan. Pesan-pesan tentang pentingnya menjaga niat, memperbanyak amal ibadah, serta menjaga sikap dan kebersamaan dalam menjalani rangkaian ibadah haji, menjadi penekanan utama dalam sambutan-sambutan yang disampaikan.
Wakil Bupati Aceh Tenggara, Dr. H. Al Hilal, turut hadir langsung bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan para petugas haji, sebagai bentuk perhatian dan dukungan nyata dari pemerintah terhadap warganya yang sedang menapaki jalan menuju Tanah Suci. Dalam sambutannya, Wakil Bupati menyampaikan rasa syukur dan bangga atas keberangkatan jemaah, serta mengingatkan pentingnya menjaga semangat kolektif dan saling tolong-menolong selama berada di tanah suci, mengingat perjalanan haji bukan hanya soal ritual, tapi juga soal kebersamaan, kesabaran, dan pengorbanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu momen paling menyentuh dalam prosesi tersebut adalah saat dilakukannya penyerahan simbolis dokumen dan perlengkapan haji kepada ketua rombongan. Dalam sunyi yang syahdu, iringan doa dari keluarga yang mengantar berpadu dengan tangis haru dan senyum penuh harap para jemaah. Beberapa di antara mereka tampak mencium tangan orang tua, pasangan, atau anak-anak yang mereka tinggalkan sementara, dengan keyakinan bahwa perpisahan ini adalah bagian dari perjalanan spiritual yang mulia.
Tidak sedikit dari jemaah yang telah menabung selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, demi mewujudkan impian menunaikan rukun Islam kelima. Bagi sebagian besar masyarakat Aceh Tenggara, keberangkatan ini merupakan buah dari perjuangan panjang, kerja keras, dan doa yang tidak pernah putus. Oleh karena itu, pelepasan mereka tidak hanya bermakna secara pribadi, tetapi juga menjadi kebanggaan bersama bagi masyarakat daerah.
Dengan penuh semangat dan tekad yang kuat, para jemaah dilepas untuk menjalankan rangkaian ibadah haji. Pemerintah daerah pun menitipkan harapan agar mereka menjadi duta-duta spiritual yang mampu menjaga nama baik daerah, menampilkan akhlak mulia, serta membawa pulang nilai-nilai keteladanan sepulang dari Tanah Suci. Doa-doa terbaik dipanjatkan agar seluruh jemaah diberikan kekuatan lahir batin, kesehatan yang prima, kelancaran dalam setiap tahapan ibadah, serta kembali ke tanah air dalam keadaan selamat dan memperoleh predikat haji yang mabrur.
Pelepasan kloter ini bukan hanya tentang perjalanan fisik menuju Mekkah, tetapi juga mencerminkan perjalanan batin dan spiritual menuju kedekatan yang lebih hakiki dengan Sang Khalik. Dalam perjalanan suci ini, setiap jemaah membawa harapan, doa, dan cita-cita – bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan komunitas yang ditinggalkan sementara. Di balik senyum dan lambaian tangan perpisahan, tersimpan keyakinan bahwa keberangkatan ini akan membawa berkah, perubahan, dan semangat baru sekembalinya mereka ke tanah air.
(Randa)