Kutacane, agaranews.com – Suasana sore di pusat Kota Kutacane berubah menjadi penuh semangat. Warga dari berbagai penjuru daerah mulai berdatangan jalan utama, menanti kedatangan sosok yang mereka kagumi: Irvan Cheh Kul, vokalis berbakat asal Aceh Tengah yang telah mencuri hati banyak penikmat musik. Kehadirannya di Aceh Tenggara kali ini memiliki tujuan istimewa—memeriahkan Muslim Ayub Fest, festival tahunan yang memadukan seni, budaya, kuliner, dan hiburan dalam satu perayaan besar.
Irvan tiba dengan senyum ramah yang menjadi ciri khasnya. Ia disambut oleh panitia, penggemar setia, serta tokoh masyarakat Aceh Tenggara, Subastian Baskoro, yang turut mendampinginya. Suasana penyambutan berlangsung akrab, mencerminkan kehangatan budaya Aceh yang selalu terbuka menyambut tamu.
Muslim Ayub Fest, yang tahun ini bertepatan dengan peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, telah berkembang menjadi salah satu acara paling dinanti di Aceh Tenggara. Bukan hanya warga lokal, pengunjung dari kabupaten tetangga hingga wisatawan mancanegara yang tengah berada di Aceh juga ikut hadir, menjadikannya titik temu budaya yang unik.
Panitia mengemas festival dengan konsep kolaborasi antara seni tradisional dan hiburan modern. Di panggung, musik kontemporer akan bersanding dengan tarian tradisional Gayo dan Aceh, sementara area bazar menyajikan kuliner khas yang menggoda selera. Pelaku UMKM lokal pun mendapatkan ruang strategis untuk memperkenalkan produk mereka ke khalayak yang lebih luas.
Panitia menyebut penampilan Irvan Cheh Kul sebagai salah satu puncak acara. Dengan teknik vokal yang kuat, lirik penuh emosi, dan interaksi panggung yang memikat, Irvan diharapkan membawa energi baru bagi festival ini.
“Ini adalah kehormatan bagi kami. Kehadiran Irvan bukan hanya menambah daya tarik festival, tapi juga menjadi bukti bahwa musik Aceh bisa menginspirasi, tidak hanya di tingkat lokal, tapi juga di panggung yang lebih besar,” ujar salah satu koordinator acara.
Antusiasme warga terlihat sejak kabar kedatangan Irvan tersebar. Area sekitar panggung mulai dipadati penonton sejak siang, sebagian membawa poster bertuliskan dukungan untuk sang idola. Pedagang kaki lima pun memanfaatkan momentum ini, menjual beragam makanan dan cendera mata, menambah semarak suasana.
Bagi Irvan, tampil di Muslim Ayub Fest memiliki makna mendalam. “Saya senang bisa kembali ke tanah kelahiran saya di Aceh dan bernyanyi untuk saudara-saudara di sini. Musik adalah bahasa yang bisa menyatukan kita semua, tak peduli dari mana kita berasal,” ujarnya singkat.
Festival ini juga memuat pesan persatuan dan kebersamaan, sejalan dengan semangat kemerdekaan. Berbagai program pendukung seperti lomba kreatif, pameran seni, dan parade budaya dirancang untuk melibatkan semua lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Menjelang malam, persiapan di panggung utama semakin intens. Lampu sorot dipasang, sistem tata suara diuji, dan dekorasi bernuansa merah putih siap menyala. Panitia memastikan seluruh rangkaian berjalan lancar demi memberikan pengalaman tak terlupakan bagi pengunjung.
Muslim Ayub Fest di Aceh Tenggara membuktikan bahwa sebuah acara daerah dapat memiliki gaung yang menjangkau audiens internasional, terutama dengan keterlibatan seniman yang memiliki daya tarik lintas batas seperti Irvan Cheh Kul. Festival ini menjadi bukti nyata bahwa musik dan budaya lokal, jika dikemas dengan baik, dapat menjadi magnet yang menghubungkan masyarakat lintas daerah dan bahkan lintas negara.
(Ady Gegoyong)