Arah Juang Pemuda : Dakwah Politik Yang Dianggap Kotor Hingga Para Pemuda Lebih Memilih Apatis

LIA HAMBALI

- Redaksi

Kamis, 27 November 2025 - 22:17 WIB

5024 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Oleh : Hadi Irfandi

AgaraNews.com //.Sebagian pemuda ada yang menganggap politik itu kotor hingga memilih bodoh amat alias apatis terhadapnya. Sebagian lagi justru terjun habis-habisan ke dalam politik sehingga menganggap inti politik adalah seni mempertahankan kekuasaan. Biasanya role model mereka adalah Machiavelli. Machiavelli mengukur keberhasilan adalah tercapainya tujuan, sehingga mereka yang menganutnya mengganggap keberhasilan itu mereka sendirilah yang mendatangkannya kepada diri mereka sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dan di titik itulah gaya politik ala Machiavelli mulai merusak jiwa banyak pemuda. Mereka belajar bahwa kemenangan harus dikejar dengan segala cara, bahwa moral hanyalah ornamen yang bisa dilepas ketika menghambat, dan bahwa manusia lain hanya pion dalam papan permainan untuk mengejar ambisi pribadi. Pandangan seperti ini membuat politik kehilangan tujuan mulianya sebagai jalan menegakkan keadilan dan memperbaiki kehidupan bersama. Ketika mereka meyakini bahwa keberhasilan semata-mata lahir dari kelihaian manuver dan tipu daya, mereka lupa bahwa kekuasaan tanpa etika hanya akan melahirkan saling tikam yang ujungnya membuat dirinya kehampaan batin. Pada akhirnya, politik yang mereka bangun bukanlah ruang perjuangan, melainkan arena insting primitif yang membenarkan manipulasi dan pengkhianatan.

Nah, di antara dua kutub itu terdapat pemuda yang menyadari bahwa politik bukan soal menyerobot kekuasaan atau menyingkirkan lawan, tapi sejatinya tentang bagaimana cara mengurus umat. Dari sinilah dakwah politik muncul sebagai medan perjuangan yang relevan bagi generasi muda: bukan sekadar mengejar posisi, tapi menegakkan amanah dan nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat.

Dalam perspektif Islam, politik adalah bagian dari pengamalan ajaran agama yang berakar pada akidah. Tujuannya tidak sekadar mendominasi, melainkan melaksanakan Islam secara nyata di dalam negeri dan menyebarkannya dengan hikmah ke seluruh penjuru. Dalam istilah klasik, politik (siyâsah) berarti ri’âyah syu’ûn al-ummah bi syar’illah atau mengurus kepentingan rakyat sesuai syariah Allah SWT.

Ini berbeda jauh dari pendekatan Machiavelli, yang menekankan strategi, intrik, dan manipulasi demi mempertahankan kekuasaan. Politik Islami menekankan pelayanan dan tanggung jawab, bukan ambisi pribadi.

Rasulullah saw. menjadi teladan utama dalam hal ini. Beliau menegaskan, “Pemimpin adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diurusnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Artinya, seorang pemimpin tidak memiliki hak istimewa semata namun ia juga memikul tanggung jawab besar untuk memastikan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyatnya.

Dalam perjalanan hidupnya, Rasulullah saw. selalu menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi. Bahkan ketika sakit menjelang akhir hayatnya, beliau tetap memikirkan nasib kaum Muslimin lebih daripada dirinya sendiri.

Kisah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. saat diangkat menjadi khalifah pun memberikan pelajaran yang sama. Ia berkata kepada rakyatnya: “Aku telah diangkat menjadi pemimpin kalian, padahal aku bukan yang terbaik di antara kalian. Jika aku benar, bantulah aku. Jika aku salah, luruskanlah aku.” (Târîkh ath-Thabari, 2/245).

Ungkapan ini menegaskan bahwa kepemimpinan adalah amanah, bukan hak istimewa. Sikap rendah hati, kesadaran akan tanggung jawab, dan kepedulian tulus terhadap rakyat adalah kunci agar politik dijalankan dengan integritas. Bagi pemuda, hal ini menjadi pegangan bahwa berpolitik bukan tentang menguasai orang lain, tetapi bagaimana memastikan kebaikan dan keadilan sampai ke masyarakat luas.

Praktik dakwah politik pemuda bisa dimulai dari hal-hal nyata di sekitar mereka. Bukan harus langsung mencalonkan diri atau masuk gelanggang kekuasaan, namun dengan membiasakan diri memahami persoalan umat, membaca arah kebijakan negara, dan membangun keberpihakan pada nilai-nilai syari’at. Dakwah politik menuntut keteguhan untuk berada di pihak yang benar meski arus opini publik mengalir ke arah sebaliknya. Sebuah proses pembentukan karakter dan ketegasan sikap dalam membela kemaslahatan umum, secara jangka panjang.

Lebih lanjut, pemuda yang memahami politik sebagai dakwah akan melihat dirinya sebagai bagian dari umat, bukan sebagai pusat dari segalanya. Mereka tidak terjebak pada ambisi untuk tampil sebagai “pahlawan tunggal”, karena mereka sadar bahwa perjuangan politik yang sejati lahir dari kerja kolektif, bukan manuver seorang diri. Di sinilah perbedaannya dengan pola Machiavellian yang menanamkan obsesi kemenangan personal. Dakwah politik justru membentuk pemuda agar memikul tanggung jawab sosial dan spiritual sekaligus.

Di tengah budaya politik transaksional dan pragmatis, pemuda yang berpegang pada nilai dakwah akan tampil berbeda. Mereka tidak mudah tergiur janji jabatan, tidak gampang terseret arus politik uang, dan tidak mau menjual idealisme demi keuntungan sesaat. Ketika banyak politisi berlomba mempercantik citra, mereka memilih untuk memperbaiki realita. Ketika sebagian orang membangun jaringan kekuasaan, mereka membangun kepercayaan publik. Dan ketika politik dijadikan alat untuk mendominasi, mereka menjadikan politik sebagai alat memperluas manfaat.

Sejarah Islam menunjukkan bahwa transformasi besar sering berawal dari kesadaran pemuda. Para sahabat di usia muda memikul amanah dakwah politik yang berat, namun justru mampu mengubah arah sejarah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang memimpin di usia relatif muda, mengubah struktur pemerintahan hanya dalam dua setengah tahun dengan pendekatan yang berlandaskan keadilan dan ketakwaan. Keberanian yang semacam ini hanya bisa tumbuh dari keyakinan akidah, bukan dari kalkulasi untung-rugi ala Machiavelli.

Penting bagi kita untuk mengingat sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan oleh Syaikh Yusuf Qardhawi dalam Fiqih Jihad. Nabi SAW menyebut:

سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، وَرَجُلٌ قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ

“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib, dan setelahnya adalah orang yang berdiri menghadapi penguasa zalim, memerintahkannya pada kebaikan dan melarangnya dari keburukan hingga ia terbunuh.” (H.R. At-Thabarani)

Makna hadis ini bukan untuk menakut-nakuti umat, tetapi untuk memantapkan langkah, bahwa menyampaikan kebenaran kepada kekuasaan adalah bagian dari jihad mulia, dan bahwa politik yang benar harus berani melawan kezaliman, bukan mengekor pada arus pragmatisme.

Karena itu, kini saatnya pemuda menentukan arah juang dengan tegas: tinggalkan pola politik Machiavellian yang merusak, namun juga meninggalkan sikap apatis yang membahayakan, untuk kemudian membangun kesadaran dakwah politik yang menyatukan iman, ilmu, dan amanah. Mulailah dari diri sendiri, lalu bergerak dari lingkungan terdekat, perkuat barisan dengan sesama pemuda, dan jadikan politik sebagai jalan menegakkan keadilan, bukan mengejar kedudukan semata hingga membenarkan segala cara. Masa depan umat membutuhkan pemuda yang bukan hanya vokal, tetapi juga istiqamah; bukan hanya berani tampil, tetapi berani menerapkan syari’ah secara menyeluruh, bukan hanya mengkritik kerusakan, tetapi hadir sebagai generasi perbaikan.

Penulis merupakan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh serta aktif mengisi media online dengan tulisannya seputar Dakwah Ideologis. “Dari membaca, revolusi berkobar” adalah mottonya.          ( Lia Hambali)

Berita Terkait

Dandim 0209/Labuhanbatu Ikuti Rakor Penanganan Bencana Bersama Menko PMK
Yonzipur 1/DD Kerahkan Pasukan dan Alat Berat Bersihkan Longsor di Jalur Tarutung–Sibolga
Siaga Bencana, Danramil 01/AK Hadiri Rapat Koordinasi Perkembangan Situasi Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Labuhanbatu Utara
Siklon Tropis Senyar Berangsur Mereda, Aceh Kembali Cerah Berawan Sementara Sumatera Utara Bersiap Pulih dari Sisa Hujan
Dispenad Lakukan Asistensi ke Penrem 083/Baladhika Jaya, Danrem : Penguatan Penerangan Adalah Kunci Kepercayaan Publik
Yayasan Geretak Kabupaten Sambas Diskusi Interaktif Mewujudkan Generasi Muda Anti Narkoba
Diduga Libatkan Oknum DPRD Kabupaten Bekasi, Warga Cikarang Mengaku Jadi Korban Pengeroyokan di Restoran Shao Kao
LSM GEMPAR Sidoarjo “Gedor” Cabdin Pendidikan, Kasus Pengeluaran Siswa SMAN 1 Taman Disorot : Diduga Minim Transparansi

Berita Terkait

Kamis, 27 November 2025 - 23:50 WIB

Dandim 0209/Labuhanbatu Ikuti Rakor Penanganan Bencana Bersama Menko PMK

Kamis, 27 November 2025 - 23:45 WIB

Yonzipur 1/DD Kerahkan Pasukan dan Alat Berat Bersihkan Longsor di Jalur Tarutung–Sibolga

Kamis, 27 November 2025 - 23:38 WIB

Siaga Bencana, Danramil 01/AK Hadiri Rapat Koordinasi Perkembangan Situasi Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kamis, 27 November 2025 - 23:11 WIB

Siklon Tropis Senyar Berangsur Mereda, Aceh Kembali Cerah Berawan Sementara Sumatera Utara Bersiap Pulih dari Sisa Hujan

Kamis, 27 November 2025 - 23:05 WIB

Dispenad Lakukan Asistensi ke Penrem 083/Baladhika Jaya, Danrem : Penguatan Penerangan Adalah Kunci Kepercayaan Publik

Kamis, 27 November 2025 - 22:57 WIB

Diduga Libatkan Oknum DPRD Kabupaten Bekasi, Warga Cikarang Mengaku Jadi Korban Pengeroyokan di Restoran Shao Kao

Kamis, 27 November 2025 - 22:54 WIB

LSM GEMPAR Sidoarjo “Gedor” Cabdin Pendidikan, Kasus Pengeluaran Siswa SMAN 1 Taman Disorot : Diduga Minim Transparansi

Kamis, 27 November 2025 - 22:51 WIB

Pemerintah Matangkan Formula Baru UMP 2026, Kenaikan Akan Gunakan Sistem Rentang

Berita Terbaru